Kang Veri Blog: Musibah Garuda GA200

Friday, March 09, 2007

Musibah Garuda GA200



JAKARTA, KCM -- Penyebab terbakarnya pesawat Garuda GA200 di bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta, Rabu (7/3) lalu sangat mudah untuk diungkap. Bahkan mudah pula untuk dibuktikan, jika pembuktian tersebut diperlukan. Sebab, segala hal yang dibutuhkan untuk pengungkapan tersebut lengkap tersedia.


"Ini kejadian yang mudah diungkap dan mudah dibuktikan, kalau toh itu harus dibuktikan. Karena pesawat dalam kondisi utuh, dalam arti kata black box yang berisi voice data recorder dan flight data recorder ada. Penerbang dan awak kokpit semua masih hidup. Semua saksi melihat, baik itu orang luar maupun pihak tower juga melihat. Jadi itu sangat mudah dibuktikan," ujar Joko Purwoko, pemerhati penerbangan dalam wawancara dengan Radio Sonora, Jumat (9/3) pagi.

Pengungkapan penyebab kecelakaan ini pun, menurut Joko, seharusnya tidak akan memakan waktu yang lama. ’Pembacaan flight data recorder tidak cukup lama. Biasanya yang lama itu mencari flight data recorder, seperti kasus AdamAir yang di Laut Sulawesi, kan belum ketemu, kapan? itu, ya nggak tahu tergantung ketemunya. Kalau ini kan sudah ketemu, tinggal dikirim. Ya, logikanya kurang dari satu bulan sudah bisa terbaca," sambungnya.

Dalam kondisi ini, Joko pun menolak jika kecelakaan pesawat rute Jakarta-Yogyakarta berjenis 737-400 ini dikait-kaitkan dengan hal non teknis. "Tidak ada hal non teknis yang saya lihat. Memang kejadian kecelakaan yang sarat dengan high technology itu semua mesti kejadian teknis, dan dapat dibuktikan, dan dapat diungkapkan," katanya lagi.

Ia menegaskan, human error pun merupakan bagian dari persoalan teknis yang harus diselidiki secara tuntas. "Apalagi nanti setelah flight data recorder dibaca, akan terungkap apa kejadian sebenarnya. Jadi jangan dikaitkan dengan kejadian non teknis segala," tegasnya.

Lebih lanjut ia berharap agar, setelah data di dalam black box didapatkan, maka data yang sama pulalah yang diumumkan, agar sebab musibah dapat diketahui dengan jernih. "Apa adanya itu yang diumumkan. Jangan setelah terbaca, baru di-readjust lagi. Pengalaman saya sewaktu test flight pesawat tempur itu, semua pesawat tempur ada flight data recorder, begitu turun langsung dibaca, gak sulit bacanya. Gak sulit," ungkap Joko.

Pada bagian lain, Joko pun mengingatkan agar penyelidikan kasus ini dilakukan oleh pihak yang benar-benar terkait dan tumpang tindih harus dihindari. Secara tegas ia mengatakan, penyelidikan tentang kemungkinan human error dari pilot tidak tepat jika dilakukan oleh pihak Polri. Dalam hal ini ada lembaga independen profesional yang berwenang melakukan penyelidikan yakni Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Human error tidak dari Polri yang memeriksa, sudah ada KNKT, itu lembaga independen profesional dan dibentuk memang untuk itu. Marilah kita aparat bekerja di lingkup masing-masing, jangan overlap yang akan menimbulkan persaingan dan bentrokan," demikian Joko.


Sumber: Radio Sonora
Penulis: Glo




No comments: